“Cinta
itu indah, kalau kamu tidak setuju, mungkin kamu salah pasangan.” – Pidi Baiq
Semua
orang pikir, bahagia itu punya pasangan yang super ideal, super ganteng, super
banyak uang dan super romantis. Tapi, ternyata mereka salah.
Bahagia
itu punya pasangan yang bisa jadi sahabat, bisa jadi kakak, bisa jadi
segalanya.
Nggak
perlu makan di restoran bintang lima, atau jalan-jalan pakai mobil mewah, asal
sama dia rasanya nggak perlu apa-apa lagi.
Dia
selalu membuat saya bahagia. Rasanya nggak ada waktu buat sedih. Setiap
bersamanya, kesedihan menguap begitu saja.
Dia
bukan orang yang romantis. Tapi dia membuat kehadirannya lebih penting
ketimbang seikat bunga mawar.
Dia
memang bukan seseorang yang tanpa dosa. Bukan pula seseorang yang sempurna.
Tapi dia mengajari saya untuk hidup seolah hari ini adalah hari terakhir yang
saya punya.
Ketika
dunia terasa berat, dia adalah orang yang pertama kali saya hubungi. Hanya
mendengar suaranya menguatkan saya, rasanya cukup.
Ketika
semua orang berjalan menjauh, tapi dia nggak. Dia justru semakin kuat
menggenggam tangan saya.
Ketika
semua orang tertawa mendengar mimpi saya, tapi dia nggak. Dia justru kasih
dukungan, walau dia juga tau kalau mimpi itu sulit untuk digapai.
Ketika
semua orang mencaci saat mengetahui kesalahan saya, tapi dia nggak. Dia justru
bersikap seolah tidak ada yang salah.
Sejak
bertemu dengannya, saya merasa 24 jam saja tidak cukup. Saya ingin lebih lama
lagi berada di dekatnya.
Sejak
bertemu dengannya, saya merasa tidak perlu apapun lagi. Saya hanya butuh dia.
Sejak
bertemu dengannnya, dia selalu membuat saya selalu bersyukur tiada henti kepada
Tuhan karena sudah mengirimkannya ke dalam hidup saya.



